Sabtu, 08 September 2012

In Memoriam Almh Minarni Sudaryanto, Atlet Pelopor Itu Telah Tiada

DUNIA bulutangkis Indonesia kehilangan putra-putri terbaiknya. Jika satu bulan sebelumnya, salah seorang pemain bulutangkis putra, Eddy Jusuf meninggal dunia, kini masyarakat b
ulutangkis kehilangan salah seorang "srikandi" terbaiknya, Minarni Sudaryanto.

Almarhumah Minarni yang juga salah satu pelopor bulutangkis putri Indonesia di kancah internasional, meninggal dunia dalam usia 59 tahun di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Kebayoran, Jakarta Selatan, Rabu (14/5) pukul 04.30 WIB.

Pemain putri Asia pertama, berduet dengan iparnya Retno Kustiyah pada 1968, yang merebut gelar juara di All England itu meninggal akibat komplikasi penyakit radang paru-paru dan lever yang lama dideritanya dan meninggal setelah sempat lima hari di rawat di ICU RSPP.

Almarhumah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pukul 13.30 WIB, ditengah hujan deras yang mengguyur pemakaman sejak jenazah pertama kali diturunkan keliang lahat dan berhenti saat doa dipanjatkan.

Hadir dalam pemakaman itu, beberapa pejabat KONI Pusat, beberapa pengurus PB, Wakil Ketua Umum PB PBSI Karsono dan Indra Kartasasmita, mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Mendagri RI Surjadi Soedirdja, atlet dan mantan pemain, serta pelatih bulutangkis.

Ketua Umum PB PBSI Chairul Tanjung, yang hadir saat melawat di rumah duka Bangun Reksa Indah II/T.29 Karang Tengah, Ciledug, Tangerang, menyatakan rasa duka asosiasi atas kepergian pemain, yang lima kali masuk tim Piala Uber, termasuk saat untuk pertama kalinya Indonesia meraih gelar juara dunia beregu putri itu pada 1975 di Jakarta.

"Saya kaget mendengar kabar itu. Ini sebuah kehilangan besar bagi masyarakat bulutangkis," kata Chairul, yang dua pekan sebelumnya sempat pergi ke Makasar bersama Minarni dalam rangka pemasalan olahraga bulutangkis.

"Beliau telah menunjukkan peran besar bagi bulutangkis Indonesia, terutama putri. Pada saatnya nanti, kami akan memberikan penghargaan atas jasa-jasa beliau," paparnya.

Minarni, saat meninggal, sebenarnya tengah menangani proyek pemasalan bulutangkis di sekolah dasar dan menengah pertama serta bertanggungjawab untuk ketiga kalinya menggelar Milo Junior Indonesia Open Juli 2003 nanti di Yogyakarta.

"Kedua kegiatan itu kini sepenuhnya diserahkan kendalinya pada keluarga dan rekan-rekan dekatnya," kata Chairul menegaskan bahwa PB PBSI harus menghormati kontrak dengan lembaga penyelenggara event yang dipimpin Minarni.

Sementara itu, duet abadi dan sekaligus kakak iparnya Retno Kustiyah mengaku bulutangkis Indonesia telah kehilangan tokoh penting, terutama dalam bulutangkis putri. "Ini sebuah kehilangan. Dia pekerja keras," kata Retno, Ketua Umum Klub Jaya Raya Jakarta itu.

Menurut Retno, sebenarnya sakitnya sudah lama, tapi tidak terlalu diperdulikannya dan dia lebih suka bergelut dengan bulutangkis, bahkan setelah tidak jadi pemain.

"Dia lebih suka mengurusi bulutangkis, hingga akhir hayatnya," papar Retno, yang bersama Minarni meraih emas ganda putri Asian Games IV/1962 Jakarta dan 1966 Bangkok, serta perak pada 1970 juga di Bangkok.

Minarni, yang dilahirkan di Pasuruan 1944, meninggal empat hari sebelum ulang tahunnya ke-59. Dari pernikahannya dengan adik Retno, Sudaryanto, Minarni meninggalkan tiga orang anak, yaitu putri sulung Mien Susanti dan dua putra kembar Arie Susanto dan Arisusandi, serta satu orang cucu.

Dalam karirnya Minarni tiga kali juara nasional tunggal dan ganda putri pada 1963, 1964 dan 1967.

Putri sulung inspektur polisi Loso Atmohardjono itu, masa kanak-kanaknya penuh kemanjaan karena baru tujuh tahun kemudian punya adik. Cita-cita semula ingin menjadi penerbang. Khayalan si Minarni kecil waktu itu, "Penerbang itu gagah, apalagi penerbang wanita". Tapi impian itu pupus ketika salah satu giginya harus dicabut. Padahal gigi utuh dan tidak berlubang, adalah salah satu syarat penting untuk menjadi penerbang.

Minarni mengenal bulutangkis karena tinggal di kompleks kepolisian yang ada lapangan bulutangkisnya. Minarni kecil berlatih dengan shuttlecock bekas. Rupanya orangtuanya cukup tanggap melihat bakatnya tersebut. Lalu, dibelikanlah Minarni kecil itu raket baru. Ia juga diberi kebebasan dari pekerjaan rumah, untuk berlatih bulutangkis secara tekun. Dengan ketekunan itulah cita-citanya bisa terwujud. Permainannya pun berkembang pesat.

Nama Minarni mulai berkibar ketika menjadi juara II( tunggal putri dan ganda putri (berpasangan dengan Nyo Oen Nio) saat mewakili Jawa Timur di PON V 1961 Bandung. Di final tunggal putri, dikalahkan Corry Kawilarang. Di ganda pasangan Minarni/Nyo Oen Nio menang atas pasangan Jawa Tengah Retno Kustiyah/Goei Kiok Nio. Sejak itu namanya tidak lepas dari bulutangkis dan prestasinya kian melonjak.

Minarni menjadi pemain terlama sebagai anggota tim Piala Uber pada tahun 1960, 1963, 1969 dan 1975. Di tahun 1975 itu, untuk pertama kalinya tim Indonesia berhasil mengawinkan Piala Uber dan Thomas.

--- di boks raster ---

Data & Prestasi Minarni

Tempat/tanggal lahir: Pasuruan, Jawa Timur, 18 Mei 1944.

1960: Anggota tim Piala Uber pertama Indonesia, kalah di babak

pertama. 1962: Meraih medali emas tunggal dan ganda putri, berpasangan dengan Retno Kustiyah, Asian Games IV/Jakarta.1963: Anggota tim Piala Uber Indonesia, melaju hingga semifinal, dikalahkan Inggris 2-5. Juara nasional tunggal dan ganda putri, berpasangan dengan Retno yang akhirnya menjadi kakak iparnya. 1964: Juara nasional tunggal dan ganda putri, berpasangan dengan Retno Kustiyah.

1966: Anggota tim Piala Uber Indonesia. Medali emas ganda putri Asian Games V/Bangkok berpasangan dengan Retno Kustiyah dan perunggu tunggal putri. 1967: Juara nasional tunggal dan ganda putri, berpasangan dengan Retno Kustiyah. 1968: Menjadi putri pertama Asia yang merebut gelar di All England saat menumbangkan dominasi Eropa sejak pertama kali event tahun 1947 berpasangan dengan partner abadinya Retno Kustiyah.

1969: Anggota tim Piala Uber Indonesia, melaju ke partai final, yang saat itu dikenal dengan istilah "challenge round", dikalahkan juara bertahan Jepang 2-5. 1970: Meraih perak ganda putri Asian Games VI/Bangkok dan perunggu tunggal putri. 1975: Anggota tim Piala Uber, mempersembahkan gelar juara dunia beregu putri untuk pertama kalinya bagi tim Indonesia saat mengalahkan Jepang 5-2 di final, Jakarta. Ia menjadi pemain putri Indonesia terlama yang memperkuat tim Piala Uber. 1975: Mundur sebagai pemain. 1985-1989: Anggota Dewan Pelatih PB PBSI.

2000: Merintis "event organiser" Kreasindo yang berkonsentrasi dalam penyelenggaraan bulutangkis. Lembaga ini menjadi penyelenggara Milo Junior Indonesia Open 2001 di Solo, 2002 di Surabaya dan 2003 nanti di Yogyakarta. Lembaga yang sama juga mendapat kontrak dari PB PBSI untuk melakukan pemasalan bulutangkis di sekolah dasar dan menengah pertama dan kini masih berlangsung.

14 Mei 2003: Tutup usia tepat empat hari sebelum ulang tahunnya ke-59 dengan meninggalkan satu puteri (Mien Susanti) dan dua putera kembar (Arie Susanto dan Arie Susandi) dari pernikahannya dengan Sudaryanto. Serta meninggalkan satu cucu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar